“Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!” 1 Korintus 16:22.
SEBAGAI orang percaya kita pasti sering mendengar istilah MARANATHA. Namun apakah kita mengetahui apakah itu Maranatha?
Sebagian diantara kita mungkin merujuk kepada nama sebuah gereja yang diberi nama Maranatha. Atau sebuah tempat yang diberi nama Maranatha.
Kalau kita melakukan pencarian di Google, kita akan mendapatkan lebih dari 13 juta klik Pencarian untuk “Maranatha.”
Banyak yang terkait dengan nama gereja, sekolah atau pelayanan. Jadi jelas kata ini sangat populer.
Kata ini berasal dari Alkitab. Hanya digunakan satu kali. Paulus adalah orang yang pertama kali mengucapkan kata ini dipenutup surat pertamanya kepada jemaat di Korintus,
Dia mengatakan, yaitu “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!” (1Kor 16:22).
Kata ini mirip dengan Hosanna, Hallelujah, dan Amin yang mana merupakan kata-kata transliterasi dari Ibrani.
Maranatha adalah kata transliterasi Aram, yang memiliki salah satu dari dua arti: “Tuhan kita telah datang” atau “Tuhan kita, datang!”
Thomas Constable mencatat bahwa hal yang “Aneh bertemu dengan frasa bahasa Aram dalam surat Yunani kepada Gereja Yunani.
Penjelasannya adalah bahwa kata Maranatha telah menjadi semboyan dan kata sandi.
Kara ini menyatakan harapan penting dari Gereja mula-mula. Dan orang-orang Kristen membisikkannya kata ini satu sama lain.
Mereka mengidentifikasi satu sama lain dengan kata ini, dalam bahasa yang tidak dapat dipahami oleh orang-orang kafir.
Jadi, Singkatnya, “Maranatha” menjadi “Pola Pikir” gereja mula-mula! Rasul Yohanes memiliki “Pola Pikir Maranatha” ketika dia berdoa “Amin. Datanglah, Tuhan Yesus.”
Ini sebagai tanggapan atas janji Yesus yang mengatakan “Ya, Aku datang segera.” (Wahyu 22:20).
Kemudian, hampir semua versi Alkitab modern dan komentari menafsirkan Maranatha sebagai doa memohon Tuhan Yesus Kristus untuk datang segera!
Memang, kita sering kita berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu.” Karena itu kata Maranatha adalah permohonan untuk kedatangan Yesus sebagai Raja.
Paulus menulis bahwa mereka yang memiliki “Pola Pikir Maranatha” mengerti dan tahu bahwa sudah waktunya bagi kita untuk bangun dari tidur tidur rohani, apatis, kemunduran!
Mereka sadar kedatangan Yesus sudah dekat, karena itu mereka akan mengadakan kebangunan rohani, bertobat dari perbuatan kegelapan.
Penulis himne terkenal Fanny Crosby meskipun buta secara fisik, tetapi dia memiliki “Pola Pikir Maranatha” dan itu sebabnya dia menulis syari dalam lagu yang dia gubah “Take the world but give me Jesus–In His cross my trust shall be; Till, with clearer, brighter VISION, Face to face my Lord I SEE!”
Seorang sarjana mencatat bahwa dari 260 pasal di PB, ada 318 ayat yang merujuk kepada Kedatangan Yesus kedua kali.
Artinya, sekitar 1 dari setiap 30 ayat mengacu pada kedatangan Yesus kedua kali.
Sebuah “Pola Pikir Maranatha” akan menyebabkan kita merindukan Kekasih kita, seperti pengantin Sulaiman yang berteriak “Cepat, kekasihku! (Kidung Agun 8:14).
Yakobus juga mendorong kita untuk hidup dengan “Pola Pikir Maranatha” dia menulis “Kamu juga bersabarlah; kuatkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat.” (Yak 5:8)
Ilustrasi “Pola Pikir Maranatha:”
Pada tahun 1950 Florence Chadwick menyeberangi Selat Inggris dalam waktu singkat dan tahun berikutnya menyeberang ke arah lain.
Pada tahun 1952 dia mencoba untuk berenang sejauh 26 mil dari Pulau Catalina ke California, tetapi setelah 15 jam kabut tebal muncul menyebabkan dia mulai meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan perjalananya.
Setelah memberi tahu ibunya bahwa dia tidak berpikir dia bisa melakukannya, dia berenang selama satu jam dan masih tidak dapat melihat garis pantai karena kabut, dia berhenti berenang.
Baru setelah dia naik ke perahu, dia mengetahui bahwa pantai kurang dari setengah mil jauhnya.
Pada konferensi pers dia berkata: ‘Yang bisa saya lihat hanyalah kabut. Saya pikir jika saya bisa melihat pantai, saya akan berhasil’.
Dua bulan kemudian, dia mencoba lagi, tetapi kali ini ketika kabut tebal datang, dia terus berenang, karena dia fokus pada tujuannya, yaitu pantai.
Sama seperti kisah diata, kita semua mengalami “kabut tebal” dari waktu ke waktu karena berbagai alasan, dan menjadi sulit untuk memusatkan perhatian kita pada tujuan kita (Flp 3:14).
Ketika dunia ini semakin gelap, kedatangan Yesus kedua kali adalah harapan yang mencerahkan.
Paulus yang hidup dengan Pola Pikir Maranatha terus-menerus melihat bukan pada hal-hal yang terlihat secara kasat mata, tetapi kepada hal-hal yang tidak terlihat.
Hal-hal yang terlihat adalah sementara, sedangkan hal-hal yang tidak terlihat adalah kekal” (2Kor 4:17-18-, lih Kol 3: 1, 2.
Kepada Timotius, Paulus memberikan dorongan dan mungkin itu adalah kata-kata terakhirnya “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”
“Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang MERINDUKAN KEDATANGAN-NYA.” 2 Timotius 4:7-8.
Keyakinan kita akan dunia yang akan datang, akan membentuk bagaimana kita hidup di dunia yang sementara dan berlalu akan ini.
CS Lewis mengatakan bahwa “Jika anda membaca sejarah, anda akan menemukan bahwa orang-orang Kristen yang berbuat paling banyak untuk dunia saat ini, justru mereka yang paling memikirkan masa depan. Mereka memiliki pola pikir Maranatha.
Ketika kita berhenti memikirkan dunia kekal yang akan datang, kita akan menjadi orang Kristen yang tidak efektif didunia sekarang ini.
Karena kita berpikir masih lama Tuhan datang dan hidup sepenuhnya hanya untuk pemenuhan cita-cita duniawi saja.
Kita tidak mengetahui kapan Yesus datang karena itu, kita harus bersedia setiap saat.
Kita memang harus menikmati hidup ini dalam Tuhan, tetapi cara kita menikmatinya yaitu hidup dengan Pola Pikir Maranatha terus-menerus.
Sebab bila pola pikir ini kita miliki, maka hidup kita akan menjadi seimbang antara mencari kehidupan dunia ini dan mencari kehidupan kekal.
Kita tidak akan menghabiskan seluruh energi dan sumber daya kita hanya untuk memuaskan keinginan mata kita.
Kita akan menggunakan segala sesuatu, waktu, talenta, harta kita, dll untuk kebaikan sesama dan pekerjaan Tuhan.
Jika kita memandang kepada kedatangan Yesus yang kedua kali, ini akan mendorong kita untuk berjuang dalam perjuangan iman (1Tim 6:12), hidup saleh dan berani memberitakan injil (lih 2 Kor 3:12, Ef 6:19).
Maka sekarang pertanyaannya, apakah saya hidup dengan “Pola Pikir Maranatha?” Apakah pilihan saya sehari-hari mencerminkan sikap penuh pengharapan?
Kepastian Kedatangan Kedua harus menyentuh dan mewarnai setiap bagian dari perilaku kita sehari-hari.
Ketidakpastian tentang tanggal kedatangan Yesus adalah untuk menjaga orang-orang percaya dalam sikap harapan yang terus menerus dan menjaga mereka dari keputusasaan.
Ilustrasi
Seorang turis yang mengunjungi sebuah taman yang indah di sebuah perkebunan di Italia. Kemudian dia berbicara kepada penjag kebun tersebut:
“Sudah berapa lama anda menjaga taman ini ?” Dia bertanya. Sudah “Dua puluh lima tahun.”
“Dan seberapa sering pemilik kebun ini datang melihat perkebunan ini?” “Empat kali.”
“Kapan dia datang terakhir?” Penjaga menjawab, sudah “Dua belas tahun yang lalu.”
Mengapa anda menjaga taman yang sangat luas ini, padahal pemiliknya lama tidak datang.
Dan anda menjaga taman ini dengan baik. Padahal anda tidak tahu kapan pemilik kebun ini akan datang.
Penjaga menjawab, “saya selalu merasa bahwa pemilik akan datang hari ini, ya mungkin hari ini.”
Moral cerita diatas adalah bersedia setiap hari untuk sesuatu yang kita tidak tahu waktu kedatangan-Nya.
Menunggu
Kita semua sementara menunggu kedatangan Yesus kedua kali, untuk pulang kerumah kita dari mana kita berasal “Kewarganegaraan kita ada di sorga..” Filipi 3:20.
Mengenai cara menantikan kedatangan Yesus?
Pada tahun 1940-an, Samuel Beckett menulis drama berjudul Waiting for Godot yang sekarang dianggap sebagai drama klasik.
Dua pria berdiri di atas panggung kosong, tangan di saku, saling menatap. Yang mereka lakukan hanyalah berdiri dan menatap.
Tidak ada gerakan, tidak ada plot cerita, mereka hanya berdiri di sana menunggu Godot datang.
Tapi siapa itu Godot? Apakah dia seseorang? Apakah dia mewakili Tuhan? Ahli etika Kristen Lewis Smedes menduga, Godot “berarti mimpi pipa yang dipegang banyak orang sebagai pelarian.”
Saat drama berakhir, orang-orang itu masih berdiri di atas panggung tanpa melakukan apa-apa, hanya menunggu.
Ketika peringatan 50 tahun drama itu dirayakan, seseorang bertanya kepada Beckett, “Sekarang, maukah Anda memberi tahu kami siapa Godot itu?” Dia menjawab, “saya juga tidak tahu?”
Menunggu Godot adalah perumpamaan tentang kehidupan banyak orang dalam menunggu. Penantian yang kosong dan tidak berarti, menunggu yang sia-sia seperti kisah Godot.
Penantian yang kosong adalah pasif. Tidak aktif. Penantian yang hidup adalah aktif melakukan kehendak Tuhan. Berjaga-jaga dalam doa dan giat memberitakan injil.
Kegembiraan terbesar di dunia ini adalah harapan pasti akan surga.
Apakah anda memandang kepada kedatangan Yesus?
Apakah anda sangat menginginkan kedatangan Kristus sehingga anda berharap itu akan terjadi hari ini?
Mari kita jawab dalam hati masing-masing…
Sementara menanti, nikmati hidup anda dalam Tuhan. Lakukan apa yang anda sukai. Saya dan istri saya bersenang-senang menyaksikan anak-anak kami tumbuh menuju masak kanak-kanak.
Masih banyak tempat yang ingin dikunjungi. Dan masih banyak kegiatan, rencana yang ingin dibuat. Hidup dalam penantian bukan melulu soal berdoa, gereja dan pelayanan.
Jangan sampai anda tidak menikmati hidup anda dalam Tuhan. Jangan sampai anda stress dan tertekan sampai beberapa orang pergi tinggalkan pekerjaanya, yang telah memberinya banyak berkat. Mencari tempat sulit dan hidup susah, jauh dari peradaban.
Ini bukan berarti bahwa saya tidak “mencari harapan yang diberkati dan pernyataan kemuliaan Allah dari Yesus Kristus Tuha kita? (Titus 2:13).
Tidak. Saya percaya bahwa kedatangan-Nya tidak lama lagi. Kenikmatan duniawi hanya sementara dan tidak bisa dibandingkan dengan kesenangan surga.
Karena itulah saya menikmati hidup saya dalam Tuhan.
Tuhan ingin kita menikmati hidup. Tetapi Dia juga ingin kita hidup setiap hari seolah-olah, itulah hari kedatangan-Nya.
Apakah Anda memandang kepada kedatangan-Nya?
Nikmati hidup mu, tetapi bersedia akan kedatangan-Nya.
Bersiaplah untuk saat-saat terakhir dengan selalu siap setiap saat.
MARANATHA!
Tidak ada komentar