Dari Eisodus Kepada Exodus (Keluaran 1:1-22)

admin
17 Okt 2025 05:08
18 menit membaca

Pendahuluan

Sebelum cerita tentang keluaran (“Jalan keluar”), orang Ibrani dari Mesir, kitab ini menggambarkan tentang eisodus (“Jalan Masuk”) sebuah keluarga Ibrani ke Mesir.

Karena ada eisodus maka ada exodus.

Seseorang tidak perlu keluar dari hutang, bila sebelumnya dia tidak masuk kedalam hutang.

Intinya, Kitab Keluaran bercerita tentang bagaimana Tuhan mengubah eisodus menjadi exodus dan mengapa Dia melakukannya.

Kisah ini juga tentang bagaimana Tuhan Allah mengubah “turun” menjadi “naik.”

Kitab keluaran tidak hanya fokus kepada peristiwa keluaran, karena kalau iya, maka itu akan berakhir di keluaran 14 atau 15:21.

Mengapa Tuhan membawa umat-Nya keluar dari Mesir?

Jawaban pertama yang paling umum adalah untuk menyelamatkan mereka dari penindasan yang mengerikan yang dilakukan Firaun dan Mesir terhadap mereka.

Tapi jawaban diatas tidak terlalu penting. Sebab sekali pun orang Ibrani tidak tertindas, mereka menikmati Mesir seperti Surga, Tuhan tetap akan membawa mereka keluar dari sana..

Jadi, faktor utama Tuhan membawa Israel keluar dari Mesir, bukan faktor penderitaan, penindasan dan holocaust.

Alasan utama adalah untuk memenuhi perjanjian yang telah Ia buat dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, yang diterangkan dalam Kitab Kejadian.

Allah telah menjanjikan tanah perjanjian di Kanaan. Itu berulang kali disampaikan, kepada para bapa leluhur dalam Kitab Kejadian (Kej. 12:1–2; 13:14–17; 15:7, 18; 17:8; 22:17b; 24:7; 26:3–4; 28:13b; 35:12; 48:4; 50:24).

Jadi alasan paling krusial untuk eksodus adalah untuk memenuhi janji perjanjian.

Tetapi orang Ibrani tidak menafsirkan keluaran untuk memenuhi janji dan perjanjian Tuhan kepada nenek moyang mereka..

Bagi mereka keluaran bukan keselamatan ‘untuk’ tetapi keselamatan ‘dari..’ Keluaran bagi mereka adalah keselamatan dari penindasan..

Tiga tema utama dalam Keluaran adalah (1) rencana Allah untuk pembebasan (Kel 1–19), (2) bimbingan Allah untuk moralitas (Kel 20–24), dan (3) perintah Allah untuk ibadah (Kel 25–40).

Latar Belakang Sejarah

Ketika keluarga Yakub tiba di Mesir setelah mengalami kelaparan di Kanaan ( Kejadian 46 ), raja Mesir bersikap ramah terhadap orang Ibrani karena Yusuf dan semua yang telah dilakukannya untuk orang Mesir.

“Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf, ‘Lihatlah, aku telah mengangkat engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.’

Lalu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan memasangnya pada jari Yusuf, lalu mengenakan pakaian dari lenan halus kepada Yusuf dan mengalungkan rantai emas pada lehernya.

Kemudian ia menyuruh Yusuf naik ke kereta perangnya yang kedua, dan orang-orang di depannya berseru-seru, ‘Berlututlah!’ Demikianlah ia mengangkat Yusuf menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir” ( Kej. 41:41-43 ).

Apa kunci keberhasilan Yusuf yang mengagumkan di Mesir setelah menjalani masa-masa awal yang sulit? (Baca Kej. 37:26-28 dan Kej. 39:2-21 .)

Latar belakang sejarah yang paling masuk akal untuk kisah Yusuf adalah sebagai berikut: penguasa baru, dalam Keluaran 1:8 (ESV), “yang tidak mengenal Yusuf,” adalah Ahmose (1570 SM-1546 SM).

Berikutnya adalah Amenhotep I (1553 SM-1526 SM), penguasa yang takut dan menindas orang Israel.

Kemudian, Thutmose I (1525 SM-1512 SM) mengeluarkan dekrit kematian bagi semua anak laki-laki Ibrani.

Putrinya, Hatshepsut (1503 SM-1482 SM), adalah putri yang mengangkat Musa sebagai putranya.

Firaun Thutmose III (1504 SM-1450 SM), yang untuk beberapa waktu menjadi rekan penguasa Hatshepsut, adalah firaun dalam peristiwa Keluaran.

Eksodus terjadi, menurut perhitungan terbaik, pada bulan Maret 1450 SM (lihat William H. Shea, “Exodus, Date of the,” The International Standard Bible Encyclopedia , disunting oleh Geoffrey W. Bromiley dkk., vol. 2 [Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans, 1982], hlm. 230-238).

Untuk memahami waktu Eksodus, pelajarilah ayat-ayat Alkitab berikut: Kej. 15:13-16 ; Kel. 12:40-41 ; Hakim-hakim 11:26 ; dan 1 Raja-raja 6:1 (lihat juga Kis. 7:6 ; Gal. 3:16-17 ).

Pasal pertama Kitab Keluaran mencakup periode yang panjang—dari zaman Yusuf, ketika ayahnya, Yakub, beserta seluruh keluarganya, memasuki Mesir, hingga dekrit kematian Firaun.

Meskipun masih terdapat perdebatan mengenai jumlah tahun pastinya, yang penting adalah, bahkan ketika umat-Nya diperbudak di negeri asing, Tuhan tidak melupakan mereka.

Artinya, meskipun banyak detail tentang orang Ibrani di Mesir pada masa itu masih tersembunyi, setidaknya untuk saat ini (lihat 1 Korintus 13:12 ), wahyu tentang karakter Allah tetap terpancar melalui halaman-halaman kitab ini, sebagaimana halnya di seluruh Kitab Suci.

Kita dapat yakin bahwa seburuk apa pun keadaan yang kita hadapi, Allah selalu ada, dan kita dapat mempercayai-Nya dalam situasi buruk apa pun yang kita hadapi.


Israel di Mesir

Kitab Keluaran disebut dalam bahasa Ibrani shemot , yang secara harfiah berarti “nama-nama” dalam bahasa Inggris, sesuai dengan kata-kata pembuka dokumen kuno tersebut.

“Dan inilah para nama anak Israel” adalah awal mulanya. Nama-nama keluarga Yakub, sang patriark, disebutkan tepat di awal.

Kitab Keluaran dimulai dengan pengingat akan berkat Allah. Ketika Yakub, sang patriark, dan keluarganya menetap di Mesir, mereka hanya berjumlah 70 orang ( Kej. 46:27 , Kel. 1:5 )..

Kemudian orang Israel “mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.” ( Kel. 1:7 , TB).

Penggunaan Kata berlipat kali ganda biasanya hanya digunakan untuk kehidupan laut yang subur (Kej 1:20) dan serangga (Kej 7:21).

Ayat 7 ini unik, karena hanya dalam teks ini lima kata kerja tentang pertumbuhan dan peningkatan umat Israel digunakan bersama-sama

Ini menggambarkan pertumbuhan luar biasa Israel di Mesir. Kelahiran normal lebih banyak dari yang keguguran. Lebih banyak yang bertahan hingga dewasa dibanding angka kematian.

Dan memang itu adalah janji Allah kepada Abraham, Yakub, Ishak, keturunannya akan banyak.

Musa mencatat bahwa Allah telah melaksanakan rencananya selama 430 tahun Israel berada di Mesir.

Sehingga, pada saat Keluaran, mereka menghitung “kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak.” ( Kel. 12:37 , TB).

Bagaimana situasi orang Israel pada saat Eksodus?

Mereka berada dalam perbudakan oleh mandor-mandor Mesir dan kerja paksa. Itu terjadi setelah pergantian raja.

Raja yang baru ini disebut tidak mengenal Yusuf. Kata tidak mengenal Yusuf bisa saja belum pernah mendengar tentangnya.” Atau “pernah mengenal, tetapi telah melupakannya”

Mungkin Firaun baru menolak mengakui kontribusi Yusuf bagi kesejahteraan Mesir.

Ia menolak legitimasi masa jabatan Yusuf, menolak mengakui dia, dan menolak memberikan penghormatan lebih lanjut kepada Yusuf dan keluarganya.

Perubahan penguasa dapat menjadi titik balik dalam karier seseorang yang memiliki posisi kuat di istana kerajaan.

Namun yang paling membahayakan posisi umat Allah bukan tentang Firaun yang tidak mengenal sosok Yusuf, tetapi generasi baru Israel yang tidak mengenal Tuhan perjanjian mereka.

Namun, kitab Keluaran berakhir dengan kehadiran Allah yang damai dan menghibur di kemah suci, di tengah-tengah perkemahan Israel (lihat Keluaran 40 ).

Di antara dua kutub yang berlawanan ini, kemenangan Allah digambarkan. Dengan Tuhan membebaskan umat-Nya dari perbudakan, dengan membuka Laut Merah, dan dengan mengalahkan pasukan terkuat pada masa itu, kemenangan spektakuler Allah atas kekuatan jahat dinyatakan.

Kisah ini secara paradoks menekankan bahwa semakin para penindas “menindas mereka [bangsa Israel], semakin banyak mereka berlipat ganda dan bertumbuh” ( Kel. 1:12 ).

Artinya, terlepas dari segala tipu daya manusia, Allah tetap berdaulat dan akan menyelamatkan umat-Nya, bahkan jika keadaan tampak tanpa harapan, setidaknya dari sudut pandang manusia.

Keluaran 1:1-5

Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing:

Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda; Isakhar, Zebulon dan Benyamin; Dan serta Naftali, Gad dan Asyer.

Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir.

Informasi ini pengulangan dari kejadian 46:8, yaitu tentang daftar keturunan Yakub yang berangkat ke Mesir untuk tinggal sementara akibat kelaparan di tanah Kanaan.

Cara penyusunan laporan daftar anak-anak Yakub dibuat berdasarkan urutan istri-istri Yakub. Mereka disusun dalam tiga kelompok yang dipisahkan oleh kata “dan” dalam teks Ibrani.

Pertama adalah empat anak pertama Lea (Kej 29:31–35) digabungkan di ayat 2: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda..

Kedua, dua anak Lea berikutnya, Isakhar, Zebulon digabungkan dengan anak Rahel, Benyamin di ayat 3, dipisahkan oleh kata “dan”

Ketiga, anak-anak hamba perempuan Bilhah dan anak-anak hamba perempuan Zilpah (30:6–13) masing-masing dihubungkan dengan “dan” pada ayat 4.

Dari Bilha: Dan, Naftali. Dari Zilpa: Gad, Asyer.

Jumlah keseluruhan disebutkan 70 orang di Kejadian 46:27. Diulangi kembali di Keluaran 1:5.

70  ini dihitung sebagai berikut:

Pertama, 6 anak laki-laki Lea memiliki 25 anak laki-laki dan 2 cucu, totalnya 33.

Kedua, 2 anak laki-laki Rahel memiliki 12 anak laki-laki, total 14.

Ketiga, 2 anak laki-laki Bilha memiliki 5 anak laki-laki, totalnya 7.

Keempat, 2 anak laki-laki Zilpa memiliki 11 anak laki-laki, 1 anak perempuan (sepertinya dihitung di sini), dan 2 cucu laki-laki, totalnya 16.

Maka total semuanya 70 orang.

Kejadian 46:26–27 dimulai dengan angka enam puluh enam (sepertinya menghilangkan Er dan Onan, karena mereka meninggal di Kanaan, serta menghapus Yusuf dan kedua anaknya, karena mereka sudah berada di Mesir, tetapi menambahkan Dinah agar tidak terlewatkan).

Jumlah enam puluh enam ini ditambah dengan Yusuf, kedua anaknya, dan Yakub sendiri, sehingga totalnya menjadi tujuh puluh.

Namun, Septuaginta menambahkan nama ketiga cucu Yusuf dan dua cicitnya dalam Kejadian 46:20, sehingga total dalam 46:27 menjadi tujuh puluh lima.

Terlepas dari angka mana yang digunakan (tujuh puluh atau tujuh puluh lima), angka tersebut adalah angka sebenarnya, bukan kiasan.

Kehadiran mereka ditanah Mesir bukan kebetulan. Nubutan tentang mereka akan di Mesir dan bertambah banyak disana dicatat dalam Kejadian 15:13.

Waktu itu Tuhan berpesan kepada Abram dalam sebuah mimpi tentang masa depan keturunannya..

Nubuatan itu digenapi pada jaman Yakub. Perjalanan menuju penggenapannya penuh dengan intrik. Penipuan dan kekejaman dari anak-anak Yakub.

Bermula dari kecemburuan dan kebencian anak-anak Yakub kepada Yusuf adik mereka. Yusuf diskenariokan telah mati diterkam binatang buas. Mereka menjualnya kepada orang Mesir. Potifar.

Yusuf menjadi terpisah dari Ayah dan ibunya. Dirumah Potifar, dia bekerja dengan sempurna. Sehingga dia menjadi orang kepercayaan Potifar.

Istri Potifar menaruh hati kepada Yusuf. Setiap hari dia mengajak Yusuf tidur dengannya. Yusuf menolak. Takut diperkosa, Yusuf lari. Istri Potifar menarik bajunya dan terlepas dalam genggaman istri Potifar.

Yusuf difitnah. Fakta diputar balik. Dia dituduh hendak memerkosa istri Potifar. Akibatnya, Yusuf dijebloskan ke penjara.

Penjara akan menjadi awal perubahan nasib Yusuf. Nubuatan tentang keturunan Abraham terus bergerak.

Di penjara Yusuf bertemu dengan 2 orang mantan juru roti dan juru minum raja. Mereka dipenjara karena satu kesalahan dan sementara menunggu hukuman raja.

Suatu malam mereka berdua bermimpi. Apa arti mimpi itu mereka tidak tahu. Yusuf menafsirkan arti mimpi mereka. Mimpi itu berkaitan dengan nasib akhir mereka.

Juru minum dikembalikan kepada jabatan semula. Sementara juru roti digantung dan mati.

Kepada juru minum, Yusuf berpesan agar tentang dirinya diceritakan kepada Firaun. Dia tidak bersalah dan ingin segera keluar dari penjara.

Dan pada suatu hari, Firaun bermimpi. Dia tidak mengerti apa arti mimpinya. Dia merasa mimpi itu sangat mengesankan. Orang-orang berilmu di Mesir tidak ada yang dapat menafsirkan mimpi itu.

Juru minum ingat Yusuf. Dia rekomendasikan Yusuf kepada raja, agar dia dikeluarkan dari penjara untuk menafsirkan mimpi raja.

Yusuf menafsirkan mimpi tersebut, bahwa aka nada 7 tahun masa kelimpahan dan 7 tahun masa kelaparan. Uniknya, raja percaya penafsiran Yusuf atas mimpinya.

Karena itu raja mengangkat Yusuf untuk melaksanakan tugas mengumpulkan bekal untuk mengantisipasi masa kelaparan yang akan terjadi.

Disinilah awal perubahan hidup Yusuf. Dari penjara yang busuk kepada istana. Nubuatan terus bergerak kepada penggenapan keturunan Abraham.

Setelah 7 tahun kelimpahan, datang 7 tahun kelaparan. Seluruh negeri mengalami kekeringan. Termasuk negeri disekitar Mesir. Dampaknya terasa sampai di tanah Kanaan.

Keluarga Yakub di Kanaan terdampak. Sulit bagi mereka untuk mendapatkan makanan. Sebaliknya di Mesir ada kelimpahan. Orang-orang pergi ke Mesir untuk mendapat pasokan makanan.

Saudara-saudara Yusuf, yang menjual dirinya pun turut datang ke Mesir. Singkatnya, Yusuf memperkenalkan dirinya kepada mereka. Terjadi rekonsiliasi.

Karena kelaparan masih panjang, Yusuf meminta izin kepada raja untuk membawa keluarganya tinggal di Mesir.

Maka seperti yang dilaporkan dalam Keluaran 1:1-5, mereka datang sebanyak 70 orang. Terdiri dari 11 anak Yakub, menantu, cucu dan cicit, serta hamba-hambanya.

Kelaparan, nyaris membunuh keturunan Abraham. Tetapi Yusuf menyelamatkan mereka.

Apa yang dikatakan Yusuf saat mereka rekonsiliasi bahwa rencana jahat saudaranya di masa lalu, Tuhan gunakan untuk tujuan-Nya bagi mereka.

“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Kejadian 50:20.

Tuhan memilih Yusuf menjadi penyelamat keluarganya keluar dari krisis. Tetapi untuk bisa menjadi penyelamat, dia harus melewati banyak penderitaan.

Dia memikul salib penderitaan dimasa yang lalu demi keselamatan keluarganya dimasa depan.

Nubuatan Tuhan tentang keturunan Abraham akan tinggal di Mesir, bergerak mulai dari Yusuf dijual ke Mesir. Difitnah istri Potifar. Dijebloskan ke penjara. Mimpi juru roti dan minum dan mimpi raja Firaun. Krisis kelaparan.

Keluaran 1:6-7

Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia.

Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.

Setelah kematian Yusuf dan saudara-saudaranya serta seluruh keluarga yang pertama kali berimigrasi, terjadi peningkatan ajaib dalam jumlah anak-anak Israel.

Itu diungkapkan dengan kata “tak terbilang, bertambah banyak, dahsyat, berlipat ganda..”

Kata-kata “Beranak cucu”, dan  “Bertambah banyak” merujuk kembali ke Kejadian 1:28 dan Kejadian 8:17, serta di Kejadian 18:18.

Itu sebabnya dikatakan, negeri itu dipenuhi mereka, yaitu tanah Mesir, khususnya Goshen, tempat mereka ditempatkan (Kejadian 47:11).

Ayat 7 unik, karena hanya dalam teks ini kelima kata kerja tentang pertumbuhan dan peningkatan umat Israel digunakan bersama-sama.

Di tempat lain, paling banyak hanya tiga dari kata kerja ini yang muncul bersamaan. Penulis benar-benar ingin menekankan poin ini.

Tuhan memberkati mereka dengan kesuburan, sehingga mereka dapat menghasilkan banyak anak-anak laki-laki dan perempuan. 

Pelipatgandaan ini untuk menggenapi nubuatan dan janji Tuhan kepada Abraham. Keturunannya akan menjadi seperti pasir dilaut.

Keluaran 1:8-14

Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.

Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.

Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan — jika terjadi peperangan — jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”

Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.

Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.

Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,

dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.

———–

Pertambahan jumlah orang Israel di Mesir mendapat perhatian dari raja baru Mesir. Raja ini disebut tidak mengenal Yusuf. Apakah dia memang tidak mengenal Yusuf sama sekali?

Tidak mengenal maksudnya,  tidak mengakui jasa-jasanya yang besar terhadap Mesir. Tidak ingin tahu apa pun tentangnya, seperti dalam 1 Samuel 2:12, dll.

Seiring berjalannya waktu, setelah kematian Yusuf, jasa-jasanya mungkin sudah lama dilupakan; karena pertumbuhan bangsa Israel menjadi bangsa yang besar.

Dilupakan semacam itu biasanya tidak terjadi secara tiba-tiba. Boleh jadi, catatan sejarah telah disamarkan atau disembunyikan dengan sengaja.

Jika raja baru tidak mengenal Yusuf, alasannya hanyalah karena ia tidak peduli dengan masa lalu dan tidak ingin tahu tentang kebijakan pendahulunya dan peristiwa-peristiwa selama pemerintahan mereka.

Dengan melupakan Yusuf, maka berakhirlah kebaikan yang ditunjukkan ra-raja Mesir kepada orang Israel.

Karena mereka masih tetap menjadi orang asing baik dalam agama maupun adat istiadat. Selain itu pertumbuhuan mereka yang pesat, menimbulkan ketidakpercayaan di benak raja..

Karena itu, dia mengambil langkah-langkah untuk menahan laju pertumbuhan mereka agar mereka melemah dan tidak kuat.

Pernyataan Firaun bahwa bangsa Israel lebih banyak dari mereka, pernyataan yang hiperbola. Dilebih-lebihkan.

Dalam rapat kerajaan, Firaun mengajak para pemukanya untuk melakukan tindakan yang bijaksana. Bagaimana caranya agar Israel tidak bertumbuh.

Bertindak bijaksana adalah bertindak dengan licik. Kecerdikan politik, atau kebijaksanaan duniawi yang dipadukan dengan kecerdikan dan kecurangan.

Alasan yang diberikan oleh raja adalah ketakutan bahwa dalam kasus perang, orang Israel mungkin bersekutu dengan musuhnya, dan kemudian meninggalkan Mesir.

Firaun menganggap mereka sebagai rakyatnya dan tidak ingin mereka meninggalkan negeri itu, sehingga dia berusaha mencegah kemungkinan mereka membebaskan diri dalam peristiwa perang.

Langkah pertama (ayat 11) yang dilakukan adalah menunjuk pengawas atas orang Israel, untuk menindas mereka dengan kerja paksa yang berat.

Tujuan kerja paksa untuk melemahkan, menguras kekuatan fisik orang Israel untuk menekan pertumbuhan mereka.

Karena populasi selalu tumbuh lebih lambat di bawah penindasan daripada dalam keadaan sejahtera.

Langkah kedua, mengerahkan mereka untuk membangun kota-kota perbekalan di Pitom dan Raamses.

Gudang ini dimaksudkan untuk penyimpanan persediaan dan mungkin juga senjata (lihat 1Raj 9:19; 2Taw 8:4–5; 11:5, 11–12; 32:28).

Identitas Pithom dan Rameses masih menjadi misteri. Ahli Mesir kuno biasanya menghubungkan Rameses dengan Pi(r)-Rameses (“Rumah/Wilayah Rameses”), sebuah metropolis di delta timur laut yang dibangun dan diperluas oleh Rameses II (1279–1213 SM).

Pithom diyakini mewakili Pi(r)-Atum Mesir, “Rumah (dewa) Atum.” Lokasinya adalah Tel er-Retabeh atau Tel el Maskhutah, keduanya terletak di selatan dan barat Pi(r)-Rameses.

Diayat 12 diterangkan, tindakan keras Firaun terhadap orang Israel justru berbalik arah dari apa yang dia harapkan.

Mereka terus berkembang dan bertambah banyak, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.

Pada masa Perjanjian Baru, para pengikut Kristus, meskipun dianiaya dan dikejar-kejar, tetap berkembang dan bertambah banyak. Fenomena ini dapat ditemukan di hampir setiap abad.

Jadi rencana pertama dan kedua Firaun menekan pertumbuhan Israel, tidak berhasil (Keluaran 1:12).

Pertumbuhan mereka terus berlanjut sebanding dengan tingkat penindasan yang mereka alami. Semakin ditindas semakin tumbuh. Sehingga orang Mesir menjadi takut kepada orang Israel.

Karena usaha mereka gagal menekan pertumbuhan Israel, mereka semakin kesetanan dalam menindas orang Israel. 

Langkah ketiga adalah memperberat kerja paksa orang Israel. Itu diterangkan diayat 13-14.

Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,

dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu. (13-14)

Dalam Keluaran 1:13-14, tidak ada catatan tentang penindasan baru; tetapi “penindasan melalui kerja keras” digambarkan sebagai perbudakan orang Israel dan memperburuk hidup mereka.

“Pekerjaan berat” dari bahasa Chaldee artinya memecahkan atau menghancurkan.

Intinya, Firaun memperburuk kehidupan mereka dengan kerja paksa dalam membuat tanah liat menjadi batu bata.

Batu bata tanah liat adalah bahan bangunan yang paling umum digunakan di Mesir.

Mereka juga dipaksa bekerja dengan berbagai macam pekerjaan di ladang. ini sangat berat di Mesir karena proses yang melelahkan dalam mengairi tanah, Ulangan 11:10.

Firaun melihat bahwa menekan pertumbuhan Israel lewat kerja paksa tidak berhasil. Penindasan tidak melemahkan Israel. Justru sebaliknya, angka kelahiran semakin tinggi.

Langkah keempat berikutnya, raja melanjutkan dengan tindakan kejam dan tirani yang berdarah.

Keluaran 1:15-22

Firaun menggunakan para bidan yang biasa menolong pesalinan, agar membunuh bayi laki-laki yang lahir di Israel. Itu dicatat di ayat 15-21.

Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya:

“Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.”

Kita tidak tahu apakah Sifra dan Pua orang Ibrani atau Mesir? Kalau menggunakan gramatikal Ibrani, kepada kalimat, “..kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani,” secara harfiah: preposisi (la), ditambah partikel nominal dalam konstruksi (mĕyallĕdōt), ditambah kata sifat feminin jamak (hāʿibrîyōt). Hal ini menunjukkan bahwa bidan-bidan tersebut adalah orang Ibrani.

Jika kita mengubah preposisi la menjadi li, maka kita mendapatkan preposisi (li), ditambah partikel verbal (mĕyallĕdōt), ditambah kata benda jamak (hāʿibrîyōt)—“ kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani.. ‘ maka kalauj dibaca dalam LXX (Septuaginta)dan Vulgate, terjemahan kuno Alkitab,  bidan-bidan tersebut adalah orang Mesir.

Ada yang berargumen bahwa mereka berasal dari Ibrani karena nama mereka, Shifrah dan Puah, adalah nama Semit dari pada bahasa Mesir.

Dan bila dihubungkan dengan ayat 17, yang menyebutkan bahwa mereka “takut kepada Allah” menguatkan dugaan bahwa mereka adalah orang Ibrani.

Tapi apakah mereka orang Ibrani atau bukan, tidak menjadi penting, selama lebih patuh kepada Tuhan daripada raja Mesir.

Bisa jadi mereka merupakan pemimpin dari para bidan dan diharapkan mereka menyampaikan perintah raja kepada rekan-rekan mereka.

Mengapa bayi laki-laki? Karena hanya laki-laki yang menimbulkan ancaman militer.

Jadi saat mereka menolong persalinan, mereka harus memeriksa vagina dengan cermat; dan jika anak itu laki-laki, mereka harus menghancurkannya saat keluar dari rahim.

Namun perintah itu tidak dilaksanakan para bidan dilapangan. Sehingga rencana Firaun kembali gagal menekan pertumbuhan populasi Israen.

Saat Firaun meminta pertanggung jawaban, para bidan beralasan dan alasan itu masuk akal,

“..perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin.” (19).

Meskipun para bidan ini berbohong kepada Firaun, mereka dipuji karena penolakan mereka yang tegas untuk membunuh bayi-bayi Israel.

Para bidan lebih takut kepada Tuhan dari pada Firaun. Mereka tahu, membunuh melanggar perintah Tuhan.  Para bidan ini “religius” dalam arti mereka menghormati kehidupan.

Dan itu mencerminkan penghormatan terhadap Allah. Oleh karena itu, Allah memberikan kepada mereka bāttîm (“rumah” atau “keluarga”, ayat 21;

Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda.

Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.” Ayat 20-21)

Allah membalas mereka atas perbuatan mereka, dan “memberikan mereka rumah,” yaitu memberikan mereka keluarga dan melestarikan keturunan mereka.

Dengan tidak melaksanakan perintah raja, mereka telah membantu membangun keluarga-keluarga Israel, dan keluarga mereka sendiri pun dibangun oleh Allah.

Membohongi pembuat kejahatan yang menghalangi rencana Tuhan dibenarkan.

Allah beruat baik kepada mereka, bukan karena mereka berbohong, tetapi karena mereka berbelas kasihan kepada umat Allah..

Jadi bukan kebohongan itu yang dihargai, tetapi kebaikan hati mereka. Lebih tepatnya, penurutan mereka kepada Tuhan, lebih dari pada Firaun.

Dan demi kebaikan Umat-Nya, Allah mengampuni kejahatan.

Selanjutnya, Firaun melihat, bangsa Israel terus bertambah. Tidak terbentung. Dia menjadi frustrasi karena tidak dapat menekan pertumbuhan mereka dengan kerja paksa.

Maka dia mengeluarkan kebijakan diluar nalar. Membunuh semua bayi laki-laki, dengam melemparkan mereka ke sungai Nil.

“Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.” (Ayat 22).

Fakta bahwa perintah ini, jika dilaksanakan, akan mengakibatkan pemusnahan bangsa Israel. Tidak ada informasi berapa banyak bayi Ibrani yang terbunuh.

Namun perintah tersebut telah membuat perkampungan Israel gempar. Dan kelihatanya perintah itu benar-benar dilaksanakan, itu terlihat dari orang tua Musa yang menaruh anaknya sendiri di Sungai Nil.

Memiliki bayi laki-laki menjadi beban psikologis bagi keluarga Ibrani. Karena akan diambil dan dibuang ke Sungai Nil.

Dengan menyasar bayi laki-laki, maka diharapkan untuk beberapa tahun kedepan, Ibrani akan krisis laki-laki. Perempuan mereka tidak ada yang menikahi dan mereka bisa ambil untuk mereka sendiri.

Dan yang paling penting bagi Firaun, posisi orang Ibrani akan melemah tanpa kehadiran laki-laki di komunitas mereka.

Tetapi Firaun tidak akan berhasil, karena Tuhan menyertai Israel. Dia punya rencana bagi mereka untuk menjadi saluran keselamatan bagi bangsa-bangsa.

Dosa Firaun kepada Tuhan adalah menghalangi rencana keselamatan Tuhan bagi manusia.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *