DAFTAR ISI:
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Matius 5:3
Bukan miskin harta duniawi yang dimaksud oleh Yesus. Tapi miskin harta sorgawi. Ada dua kata yang menunjukkan arti miskin dalam Bahasa Yunani: Penichros dan Ptochos.
Penichros berarti ‘orang miskin’ yang masih mempunyai sedikit uang. Ptochos, orang miskin yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa. Kata yang digunakan di ayat ini adalah Ptochos.
Ptōchos mengacu kepada mereka yang berada dalam kemiskinan rohani yang sangat parah dan mereka sangat merasakan kebutuhan akan akan hal kerajaan sorga.
mereka tidak memiliki makanan yang sehat dan pantas; juga tidak ada pakaian untuk dikenakan, tapi kain lap.
Mereka juga tidak dapat membeli; mereka tidak punya uang untuk membeli; mereka berhutang, berhutang sepuluh ribu talenta..
Dalam kondisi sedemikian rupa sehingga mereka tidak mampu untuk membantu diri sendiri.
Tetapi celakanya, Sebagian besar mereka tidak menyadari kondisi mereka ini; tetapi menganggap diri mereka kaya, dan bertambah dengan harta. Karena fokus mereka adalah harta duniawi.
Mereka yang miskin rohani sadar kebutuhan mereka. Tidak hanya miskin secara rohani, miskin dalam pengertian, pengetahuan, dan pertimbangan.
Bahkan mereka disebut “pengemis.“ Begitu miskinya mereka, sampai mereka menempatkan diri di pintu belas kasih, dan mengetuk di sana.
Bahasa mereka adalah, “Tuhan yang penuh kemurahan.” Postur mereka berdiri, dan menunggu, di gerbang kebijaksanaan, dan di tiang pintunya.
Mereka mendesak, dan mereka diterima. Sekarang, kepada mereka diucapkan,”Berbahagialah.”
Mereka yang tidak merasa keperluan secara rohani, berarti menganggap diri mereka kaya, dan tidak membutuhkan apa-apa.
Sikap seperti ini sangat bahaya, menganggap diri sudah baik dan tidak perlu apa-apa dan tidak perlu siapapun.
Dengan demikian miskin dihadapan Allah adalah miskin secara rohani yang dimaksud Yesus yaitu Mereka yang tahu bahwa mereka tidak dapat menyelamatkan diri mereka, atau melakukan suatu tindakan yang benar dari diri mereka sendiri.
“Dia yang merasa sempurna, dia yang berpikir bahwa dirinya cukup baik, dan puas dengan keadaannya, tidak berupaya supaya ikut serta memperoleh kasih karunia dan kebenaran Kristus. Kesombongan tidak merasakan keperluan, dan itu menutupi hati terhadap Kristus dan berkat-berkat tak terbatas yang akan Dia berikan. Tidak ada tempat bagi Yesus di dalam hati orang yang demikian.” Kotbah Diatas Bukit, 16
Jadi, mereka yang merasa miskin rohani disebut berbahagia. Kebahagiaan seperti apa? Berbahagialah, dari bhs Yunani disebut makarioi, makarios tunggal, “bahagia”
Dalam Bahasa ibrani disebut “Ashre, “bahagia“, artinya “Diberkati.” Ashre dan makarios umumnya diterjemahkan “diberkati”
Jadi, orang yang miskin secara rohani, orang-orang berdosa yang menyadari kekurangan mereka, disebut berbahagia, dan akan diberkati dengan kepemilikan.
Kepemilikan yang dimaksud bukan barang fana dunia ini, tetapi kerajaan sorga. Merekalah yang empunya kerajaan sorga. Kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan rahmat.
Mereka akan temukan kedamaian dan kegembiraan batin, kepuasan sejati dan abadi untuk hati dan jiwa ketika “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal,” hadir untuk menjaga mereka “Hati dan pikiran melalui Kristus Yesus” (Flp. 4: 7).
Ketika Kristus kembali kepada Bapa, Dia meninggalkan damai sejahtera ini dengan pengikut-Nya, kedamaian yang tidak bisa diberikan dunia (Yohanes 14:27).
Kebahagiaan hanya datang ke hati mereka yang berdamai dengan Allah (lih. Rom 5: 1) dan sesamanya (lih. Mikha 6: 8)
Semua yang merasakan dalamnya kemiskinan jiwa mereka, yang merasa bahwa tidak ada kebaikan dalam diri mereka, boleh mendapat kebenaran dan kekuatan dengan melihat kepada Yesus.
——————-
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Matius 5:4
Jika ada pengalaman yang paling tidak menyenangkan adalah ketika menghadapi dukacita. Sedih pasti, menangis iya.
Kehilangan sesuatu yang berharga selalu mendatangkan dukacita. Kematian anggota keluarga atau sahabat. Kehilangan pekerjaan. Harta milik, dll.
Tetapi ada satu dukacita yang luput dari kesedihan dan tangisan kita. Yaitu dosa. Pelanggaran hukum. Hidup jauh dari Tuhan. Ketidakadilan, dll.
Tidak sedikit yang merasa tenang dan bisa tertawa gembira hidup dalam kegelapan dosa.
Menipu sesama, perselingkuhan, percabualan, perzinahan, mencuri, munafik, berbohong, hidup dalam kepelesiran. Kefanatikan. Kesombongan. Gila jabatan. Gila uang, dll.
Merasa tidak ada yang hilang, dan tidak ada yang perlu ditangisi disana. Padahal sebenarnya, kita telah kehilangan banyak hal, bahkan bisa kehilangan hidup kekal kita.
Ketika Yesus mengatakan berbahagia orang orang yang berdukacita, perhatian-Nya sementara tertuju kepada mereka yang sedang bergumul dalam dosa.
Benar, Yesus berempati dan simpati kepada duka karena kematian orang yang kita kasihi. Bahkan dia menangis bersama dengan mereka yang menangis.
Tetapi disini Yesus memperluas makna dukacita melampaui kesedihan hati karena kematian secara fisik dari orang terkasih kita.
Dukacita yang dinyatakan di sini adalah hati yang sungguh berduka karena dosa. (Kotbah diatas bukit, 19)
Kata berdukacita, Bahasa Yunani pentheō. Dalam Bahasa inggris, Mourn. Sebuah kata yang secara umum menunjukkan berduka yang amat sangat.
Faktanya, itu adalah rasa kebutuhan rohani yang dalam yang menuntun manusia untuk “berduka cita” atas ketidaksempurnaan yang mereka lihat dalam kehidupan mereka sendiri.
Kristus di sini mengacu pada mereka yang, dalam kemiskinan roh, rindu untuk mencapai standar kesempurnaan (lih. Yes 6: 5; Rom 7:24).
Kata kerja berdukacita biasanya digabungkan dengan tangisan. Dukacita yang mengalir dalam air mata yang menyucikan, dukacita atas dosa itu sendiri dan noda yang ditinggalkannya pada jiwa.
Jadi, mereka yang berdukacita karena dosa, akan mendapat penghiburan. Penghiburan apa? Tentu saja pengampunan dosa.
Paulus mengatakan, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya dan yang ditutupi dosa-dosanya.” Roma 4:7
Syarat mendapat penghiburan, kita harus memiliki rasa membutuhkan. Karena itu, berduka karena dosa merupakan syarat bagi mereka yang ingin mendapat penghiburan.
Jadi, berbahagialah orang yang berdukacita adalah karena dosa, karena bagi mereka ada pengampunan.
Berdukacita disini mencakup penyesalan dan pertobatan. Meninggalkan hidup dalam dosa karena pelanggaran terhadap perintah Allah.
Seperti orang yang telah dibebaskan dari hutang, dia akan bersukacita. Seperti orang yang bebas dari penjara, dia akan bersukacita.
Sukacita penghiburan karena telah diampuni dari dosa tentu melebihi semua itu.
—————–
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Matius 5:5
Kelemah lembutan bukan kelemahan. Mereka yang memiliki sifat ini bukan orang yang mudah dikalahkan dan ditaklukan.
Bagi sebagian orang kelemah lembutan dianggap sebagai ketidak perkasaan. Sifat ini dianggap sebagai kurang jantan dan tidak gagah.
Sifat garang, sangar, galak, dianggap lebih hebat karena bisa menakuti orang.
Hidup didunia yang keras ini, dimana banyak kekerasan terjadi, maka sifat keras dan sangar harus menjadi bahagian sifat hidup.
Dalam Bahasa inggris disebut meek – Lembut. Bahasa yunani disebut praeis, singular praüs, “ringan”, “lembut”, “lemah lembut”.
Kelemahlembutan adalah sikap hati dan pikiran serta kehidupan yang mempersiapkan jalannya pengudusan.
“Kelemahlembutan” sering disebutkan oleh penulis PB sebagai kebajikan utama Kristen (lihat Gal. 5:23; 1 Tim. 6:11).
Orang yang “lemah lembut” memiliki kendali penuh atas diri sendiri. Orang yang lembut itu panjang sabar, dan pemaaf, tidak mudah marah, dan bukan pemarah.
Tidak mudah terprovokasi, dan jika sewaktu-waktu terprovokasi, segera ditenangkan. Mereka tidak membenci orang.
Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; mereka mengatasi kejahatan dengan kebaikan.
Mereka ramah, sopan, dan karena kebaikan sifat mereka, selalu berusaha untuk mendamaikan mereka yang tersinggung dan untuk memenangkan mereka menuju kedamaian dan cinta.
Mereka tahan terhadapa hinaan, caci maki, dan kata-kata kasar. Mereka akan membalas dengan kebaikan, keramahan dan kesabaran.
Kelemah lembutan adalah kesabaran dalam menerima luka-luka atau penderitaan.
Mereka disakiti, dihina dan mereka terluka mereka tahan dan sabar. Secara manusiawi ini orang bodoh dan dungu. Karena tidak bereaksi balik dengan melukai mereka yang telah melukainya.
Yesus teladan kelemahlembutan. Pada waktu diadili secara tidak sah, dia ditampar. Dia bisa balas dengan sekedip mata dan mereka semua terlempar. Dia tidak melakukannya.
Juruselamat dan rasul menanggung semua dengan sabar. Mereka tidak memaksakan hak-hak mereka, atau menginjak-injak hak orang lain untuk mendapatkan hak mereka sendiri.
Kelemahlembutan adalah penerimaan luka dengan keyakinan bahwa Tuhan akan membela kita. “Pembalasan adalah miliknya; dia akan membalasnya,” Roma 12:19.
“Jauh lebih baik bagi kita menderita dalam tuduhan palsudaripada membebani diri kita untuk melakukan siksaan pembalasan kepada musuh-musuh kita. Roh kebencian dan balas dendam berasal dari Setan, dan hanya dapat membawa kejahatan bagi orang yang menghargainya. Kerendahan hati, kelemahlembutan yakni buah dari tinggalnya Kristus di dalam hati adalah rahasia berkat yang sebenarnya.” Kotbah diatas bukit, 27
“Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” Mazmur 149:4.
Kelemahlembutan menghasilkan kedamaian. Itu adalah bukti kebesaran jiwa yang sejati. Itu datang dari hati yang terlalu besar untuk digerakkan oleh hinaan kecil.
Kalau begitu, kelemah-lembutan itu kelemahan atau kekuatan? Tentu saja kekuatan.
Mereka yang memiliki sifat ini adalah orang-orang yang perkasa dan tangguh, kuat disegala medan.
Berbeda dengan orang yang sangar-sangar tadi. Mereka rapuh seperti kerupuk. Keropos seperti kayu kena rayap. Ringkih dan mudah patah. Yang hanya mengandalkan otot dan mata melotot.
Orang yang lemah-lembut akan memiliki bumi. Apakah maksudnya dengan ini? Mereka mungkin secara duniawi tidak mendapat kehormatan dan kemakmuran materi.
Mereka akan mengalami kesengsaraan karena kejahatan manusia. Dengan rasa syukur mereka terima semua dan dinikmati, sebagai cicipan dari penderitaan Yesus.
Yesus adalah pencipta dan pemilik dunia ini. Kita hanya penatalayan atau pengelola. Tetapi status kita akan naik, bukan hanya pengelola lagi, tetapi sebagai pemilik bumi ini.
‘’orang-orang yang lemah-lembut hatinya akan mewarisi bumi.” Mazmur 37:11.
Hanya orang-orang yang lemah lembut yang akan masuk kedalam kerajaan sorga dan memiliki bumi ini.
Anda ingin memiliki bumi ini? Jadilah lemah lembut.
——————
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Matius 5:6
Bagi yang pernah mengalami kelaparan dan kehausan karena sudah tidak ada lagi yang mau dimakan dan diminum, akan tau betapa berharganya sebutir nasi dan dan setetes air.
Kebahagiaan orang lapar dan haus adalah ketika mendapatkan makanan dan minuman.
Pesan Yesus mengenai lapar dan haus, bukan tentang makanan jasmani. Tetapi makanan rohani. Bagi Yesus makanan jasmani penting. Dan itu bagian yang tidak luput dari perhatian-Nya kepada kita.
Buktinya, di Matius 6:25-34, dia memberi jaminan pemenuhan keperluan sehari-hari dari umat-Nya.
Yesus sedang menerangkan satu pelajaran dengan menggunakan metafora. Diambil berdasarkan situasi yang biasa terjadi di Palestina, dimana curah hujan tahunan rata-rata tidak lebih dari 26 kali (lihat Kej 12:10).
Apa yang terjadi di Palestina, tidak jauh berbeda dengan wilayah disekitarnya.
Daerah itu berbatasan dengan gurun yang luas, bahkan banyak daratan berpenghuni yang semi-gersang.
Tidak diragukan lagi, banyak di antara hadirin yang mendengarkan Yesus telah mengalami rasa haus yang luar biasa.
Tetapi Yesus berbicara tentang kelaparan dan kehausan jiwa (lihat Mzm. 42: 1, 2).
Lapar dan haus, di sini, merupakan ungkapan dari keinginan yang kuat. Keinginan yang kuat untuk apa pun sering diwakili dalam Alkitab dengan rasa lapar dan haus, Mazmur 42: 1-2; Mazmur 63: 1-2.
Yesus menyebutkan secara jelas, lapar dan haus terhadap kebenaran. Kebenaran apa dan siapa? Yohanes 17:17, “Firman-Mu adalah kebenaran.”
Maka Yesus sedang menerangkan kebenaran akan Firman-Nya.
Kebenaran dapat secara sederhana didefinisikan sebagai: “perbuatan yang benar di hadapan Tuhan” menjadi orang benar, adalah “melakukan yang benar.“
Kata kebenaran, sebagaimana didefinisikan dalam Kitab Suci, berarti menuruti perintah-perintah Allah (Lukas 1: 6); itu dinyatakan dalam Injil (Roma 1: 16,17);
Jadi, jelas bahwa definisi kebenaran adalah “keadaan atau kondisi di mana seseorang dikenali oleh Tuhan;”
Oleh karena itu, untuk memiliki perkenanan Allah dan kebenaran yang Dia minta, seseorang harus melakukan yang benar, dengan menaati perintah-perintah-Nya
Kebenaran Tuhan adalah semua yang Dia perintahkan, semua yang Dia tuntut, semua yang Dia setujui, semua yang Dia sediakan melalui Kristus.
Jadi haus dan lapar akan kebenaran, berarti keinginan yang kuat, kerinduan yang dalam akan penurutan kepada Firman Tuhan. Untuk mendapatkan perkenaan Tuhan.
Menerima kebenaran Firman-Nya dengan sukacita, untuk bertumbuh dalam kebenaran-Nya, yang membawa kita kepada pertumbuhan baik secara rohani, moral dan pada akhirnya menjadi serupa dengan tabiat Kristus.
Alasan perlu lapar dan haus akan kebenaran sebagaimana kutipan berikut:
Sebagaimana kita memerlukan makanan untuk mempertahankan tenaga fisik kita, begitu juga kita memerlukan Kristus, Roti dari surga untuk mempertahankan kehidupan rohani kita dan memberikan kekuatan untuk melakukan pekerjaan Allah. Kotbah diatas Bukit, 29
Jadi kita perlu lapar dan haus akan kebenaran adalah untuk mempertahankan dan keberlangsungan yang terus menerus kehidupan kerohanian kita, supaya kita sanggup melakukan pekerjaan Tuhan.
Jadi mereka yang haus dan lapar akan kebenaran, akan dipuaskan atau akan diisi dengan kebenaran Tuhan.
———————-
“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Matius 5:7
Ramalan bintang mengatakan mereka yang murah hati adalah yang memiliki zodiac Leo, Sagitaurus, Libra, Cancer. Atau mereka yang lahir pada bulan-bulan tertentu sesuai ramalan bintang.
Zodiak bisa memberikan gambaran tentang sifat dan ciri kepribadian seseorang, kekuatan serta kelemahan diri.
Dan tidak sedikit orang yang senang pergi kepada ramalan bintang untuk melihat sifat diri dan orang lain. Dan banyak yang percaya apa yang diramalkan zodiac tersebut.
Kemurahan hati tidak ditentukan oleh bulan lahir seseorang seperti kata ramalan bintang. Sifat murah hati tidak ada hubungan dengan hal itu.
Kemurahan hati tergantung hati seseorang, apakah dia mau murah hati atau tidak. Dan itu lebih kepada pilihan hidup dan karunia Tuhan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan murah hati sebagai: Suka (Mudah) memberi; tidak pelit; penyayang dan pengasih; suka menolong; baik hati.
Dalam Ibr. 2:17 Kristus disebut sebagai orang yang “eleēmon yang penuh belas kasihan dan imam besar yang setia.
Belas kasihan yang Kristus bicarakan di sini adalah orang yang aktif berbuat kebajikan. Kebajikan itu tidak ada nilainya sampai itu berbentuk perbuatan yang penuh belas kasihan.
Kata bahasa Inggris menyebut “Eleemosynary,” artinya “berhubungan dengan amal atau sedekah atau sumbangan,”
Jadi, Eleemon mengacu pada orang yang secara aktif berbelas kasih atau orang yang penuh belas kasihan yang melibatkan pikiran dan tindakan.
Ini tercermin atas kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan. Mereka memiliki hati yang welas asih yang menuntun seseorang untuk melakukan tindakan belas kasih.
Yang tujuannya adalah untuk meringankan penderitaan dan kesengsaraan dari objek welas asih itu. Terkadang itu berarti memberikan uang kepada orang yang membutuhkan.
Ide dasar eleemon adalah “memberi bantuan kepada yang malang, untuk meringankan yang sengsara.”
Di sini pemikiran utama adalah bahwa kemurahan memberikan perhatian kepada mereka yang menderita. Dari sini kita bisa membuat perbedaan penting antara kemurahan dan anugerah.
Anugerah diberikan kepada yang tidak layak. Kemurahan adalah kasih sayang kepada yang sengsara, miskin. Jadi sinonim dari kemurahan adalah belas kasihan.
Kemurahan tidak hanya sekedar merasa kasihan. Tetapi melakukan sesuatu untuk meringankan kesusahan itu.
Jadi kemurahan, masuk dalam hukum kedua, mengasihi sesama. Itu adalah perintah Tuhan untuk bermurah hati. Kemurahan hati adalah:
“Mereka “yang, melalui kasih persaudaraan, merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan sendiri; Yang menangisi bencana orang lain; Yang, dari harta benda mereka sendiri, memberi makan yang lapar dan memberi pakaian kepada yang telanjang; Yang menegur mereka yang salah, memberitahukan mereka yang tidak tahu, mengampuni yang melanggar; Singkatnya, berusaha sekuat tenaga untuk meringankan dan menghibur orang lain.”
Orang yang murah hati adalah mereka yang sadar bahwa mereka sendiri adalah penerima kemurahan Tuhan yang tidak layak.
Kasih karunia adalah Solusi Tuhan untuk dosa manusia. Kemurahan itu Solusi Tuhan untuk kesengsaraan manusia.
Kasih karunia itu Menutupi dosa. Kemurahan itu Menghilangkan rasa sakit karena dosa.
Kasih karunia diberikan walau kita tidak layak menerima. Kemurahan, tidak diberikan apa yang pantas kita terima.
Kasih Karunia: Bantuan yang tidak layak kita terima, tetapi diberikan supaya kita selamat
Kemurahan: Bantuan yang tidak layak kita terima, tetapi diberikan supaya kita diampuni.
Kasih karunia, berurusan dengan penyebab dosa.
Kemurahan, berurusan dengan gejala dosa.
Kasih karunia, menawarkan pengampunan atas kejahatan tersebut.
Kemurahan, Menawarkan keringanan (Pembebasan) hukuman atas kejahatan.
Kasih karunia, mengobati atau menyembuhkan “penyakit.”
Kemurahan, menghilangkan rasa sakit dari “penyakit”
Kasih karunia mengatakan “Aku mengampuni mu.”
Kemurahan mengatakan “Aku kasihan padamu”
Jadi, Kasih karunia adalah tindakan Orang Samaria yang Baik hati yang membawa pemulihan kepada orang yang sekarat itu.
Kemurahan adalah Orang Samaria yang Baik yang berhenti untuk membantu orang Yahudi yang telah dipukuli dan ditelanjangi oleh perampok.
“Kasih karunia adalah jembatan yang dibangun Tuhan bagi umat manusia. Belas kasih/kemurahan adalah jembatan yang kita bangun untuk orang lain. “
Menunjukkan kemurahan adalah bukti nyata bahwa kita telah menerima kemurahan.
——————
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Matius 5:8
Yuri Gagarin, seorang astronot Rusia. Dia orang pertama yang mengadakan perjalanan keruang angkasa pada tahun 1961.
Setelah dia Kembali ke bumi, dia mengatakan bahwa dia tidak melihat Tuhan dimanapun. Dengan kata lain, dia mau katakan tidak ada Tuhan.
Tuhan itu ada walau tidak kelihatan secara fisik. Karya tanganya jelas terlihat. Ayat hari ini mengatakan, hanya orang yang suci hatinya yang dapat melihat Tuhan.
Matius 5:8, menggunakan kata katharos untuk menggambarkan hati yang suci dalam motif dan yang menunjukkan pikiran tunggal, pengabdian tak terbagi dan integritas spiritual.
Secara harfiah katharos “Suci” berarti bersih secara fisik atau murni dan memiliki arti tidak kotor (bebas dari kotoran), murni, tanpa noda, bebas dari campuran najis atau bebas dari pemalsuan.
Dalam arti moral atau spiritual, katharos (Suci) berarti bebas dari keinginan yang rusak atau perbuatan salah (dosa dan rasa bersalah).
Berbahagialah orang yang suci hatinya, adalah mereka yang memiliki integritas, yang hatinya tidak terbagi. Kata itu secara harfiah berarti “ketunggalan hati.” Tidak bermuka dua dan mendua hati.
Menjadi suci dalam hati berarti tulus, transparan dan tanpa tipu daya. Apa yang kita lihat adalah apa yang kita dapatkan. Tidak ada kepalsuan, tidak ada tipu daya, tidak ada kemunafikan.
Pikiran yang mendua selalu menjadi salah satu tulah besar gereja. Kita ingin melayani Tuhan dan mengikuti dunia pada saat yang sama.
Yesus menginginkan hati yang tidak tercampur dalam pengabdian dan motivasinya. Motif yang murni berasal dari hati yang murni.
Apakah hidup kita adalah buku yang terbuka? Atau apakah kita memiliki hal-hal yang kita sembunyikan dari sahabat dan orang yang kita cintai?
Apakah ada orang yang mengetahui kebenaran tentang siapa kita sebenarnya? Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka tidak menyembunyikan apa pun.
Orang yang suci hatinya sama di dalam seperti di luar. Orang yang suci hatinya, bukanlah orang yang tidak berdosa. Mereka tulus. Mereka sama Ketika sendirian dan didepan umum.
Seorang munafik adalah seseorang yang membiarkan cahayanya begitu bersinar di depan manusia sehingga tidak ada yang tahu apa yang terjadi di belakang.
Tidak demikian halnya dengan orang yang suci hatinya. Tidak ada agenda tersembunyi, tidak ada sulap moral, spiritual atau agama.
Terkadang menyenangkan orang lain lebih penting daripada menyenangkan Tuhan. Apakah yang saya lakukan konsisten dengan apa yang sebenarnya saya pikirkan?
Apakah saya terkadang mengutamakan popularitas di atas prinsip? Apakah saya lebih mementingkan membuat kesan daripada melakukan apa yang benar?
Apa yang memenuhi pikiran saya ketika saya sendirian, dan tidak ada orang yang membuat saya terkesan?
“Kita semua bergumul dengan masalah kemunafikan. Tapi ketika hati kita murni, kita tidak punya alasan untuk menutupi wajah kita.”
Setiap orang Kristen harus terus berdoa bersama Pemazmur, “Ya Tuhan … bulatkan lah untuk takut akan nama-Mu.” (Mazmur 86: 11).”
Orang yang suci hatinya adalah mereka yang mengikuti kekudusan, yang tanpanya tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Kitab Suci berulang kali menyatakan bahwa tidak ada manusia yang secara fisik pernah melihat Allah Bapa…
Ringkasnya, melihat Tuhan yang dimaksud Yesus adalah melihat dengan mata hati. Ketika hati bersih, maka penglihatan menjadi jelas, dan seseorang akan melihat Tuhan.
Menyucikan hati adalah karya Roh Kudus, tetapi harus kita harus membuka hati kita supaya Roh Kudus tinggal.
Orang yang suci hatinya cenderung melihat semua hal dalam cahaya yang murni. Orang yang suci hatinya melihat orang lain sebagai pribadi yang dicintai Tuhan. Yang hatinya tidak suci melihat mereka sebagai objek seks.
Orang yang suci hatinya menganggap niat orang lain baik, dan karena itu mereka jarang sakit hati. Yang hatinya tidak suci menganggap sebagai hinaan atau serangan.
Yang murni bergembira atas kesuksesan orang lain, yang tidak suci cemburu melihat keberhasilan orang lain.
Kemurnian hati kita akan membentuk cara kita memandang segala sesuatu. Hati yang dimurnikan oleh Tuhan melindungi dari banyak luka dan bahaya.
Apa yang Yesus maksud dengan “Suci hatinya”? Itu berarti memiliki pikiran suci, motif suci, kehendak suci, dan emosi suci /murni.
Tuhan membutuhkan kemurnian di pusat keberadaan kita, di dalam hati kita. Daud mengatakannya seperti ini dalam Mazmur 24:3-6.
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.”
Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.” Sela
Poinya, orang yang suci hatinya akan diberkati dengan kesanggupan melihat Tuhan secara rohani dan melihat Tuhan secara fisik pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali.
————-
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Matius 5:9
Tidak ada didunia ini satu tempat yang benar-benar aman dan damai. Bebas dari gangguan dan kejahatan.
Terusiknya rasa damai karena seseorang, sekelompok manusia yang membuat ulah. Sengaja merencanakan kejahatan, perbuatan onar, ambisi akan kekuasaan dan eksploitasi sumber daya.
Karena itu Yesus menghendaki, rasa damai disemua tempat dimana kita tinggal. Dan itu akan tercipta jika setiap orang hadir membawa damai dimana saja.
Koran kompas.com, pada 29 juni 2020, menurunkan sebuah survey dengan judul, Indeks Perdamaian Dunia 2020 Mengalami Penurunan.
Dilaporkan bahwa indeks perdamaian dunia memburuk dengan skor rata-rata negara turun 0,34 persen.
Walau harapan perdamaian dunia tidak akan pernah tercapai, tetapi Yesus tetap memanggil setiap orang untuk membawa damai. Ada janji bagi mereka yang membawa damai.
Membawa damai, Bahasa Yunani. eirēnopoioi, dari eirēnē, “peace”, dan poieō “to make.”
Di sini Kristus secara khusus mengacu pada membawa manusia ke dalam harmoni dengan Allah (DA 302–305; MB 28).
Kata Ibrani yang setara dengan kata Yunani eirnē, adalah shalom, yang berarti “kelengkapan”, “sehat”, “kemakmuran”, “kondisi kesejahteraan”, “kedamaian“.
Orang Kristen harus berdamai di antara diri mereka sendiri (1 Tes. 5:13) dan untuk ” Berusahalah hidup damai dengan semua orang” (Ibr. 12:14).
Mereka harus berdoa untuk perdamaian, untuk bekerja untuk perdamaian, dan untuk menaruh minat dalam kegiatan yang berkontribusi bagi kedamaian masyarakat.
Eirene berasal dari kata kerja eiro yang artinya mengikat atau menggabungkan bersama yang pecah atau terbagi.
Jadi kita bisa memperluas definisi “pembawa damai” sebagai mereka yang memfasilitasi mengikat bersama mereka yang terpecah, sehingga menjadikannya satu kembali.
Yesus mengacu pada mereka yang secara aktif turun tangan untuk mengikat bersama mereka yang terpecah. Dengan membawa damai, warga kerajaan Allah memanifestasikan diri mereka sebagai anak-anak Allah.
Pembawa damai “kadang-kadang menempatkan dirinya di antara kedua orang yang bertikai.”
Ketika mereka yang bertikai sangat marah, maka pembawa damai itu bisa saja menerima pukulan dari kedua sisi.
Mereka melakukannya karena karena mereka tahu bahwa Yesus telah lebih dahulu melakukannya.
Dia menerima pukulan dari Bapa-Nya dan dari kita juga, sehingga dengan menderita menggantikan kita, perdamaian bisa dibuat antara Tuhan dan manusia.
Yang dimaksud dengan pembawa damai adalah mereka yang tidak hanya mencari perdamaian dan menghindari pertengkaran.
Tetapi yang juga bekerja untuk menyelesaikan perbedaan, menasihati semua orang untuk hidup damai, dan menghilangkan kebencian dan perselisihan.
Manusia pembawa damai adalah mereka yang telah mengalami perdamaian dengan Tuhan.
Ketika Kristus berkata, “Berbahagialah pembawa damai,” Dia sedang berbicara tentang mereka yang berdamai dengan Tuhan, yang membawa pesan perdamaian kepada manusia, bahwa mereka dapat dibawa ke dalam harmoni dengan Tuhan dari Siapa mereka telah terasing (Rm 5: 6, 7, 8)
Berbahagia yang membawa damai yang disebut di Alkitab, tidak datang dari menghindari masalah; itu datang dari menghadapi mereka, berurusan dengan mereka, dan menaklukkan mereka.
Untuk menjadi pembawa damai-Nya, pertama-tama seseorang harus berdamai dengan Tuhan. Jadi pertanyaannya adalah … Bagaimana seseorang menjadi “pembawa damai”?
Pertama-tama mereka harus didamaikan dengan Tuhan.
Berkat bagi yang membawa damai adalah, “Mereka akan disebut sebagai anak-anak Allah.”
Mereka diakui sebagai anak-anak Allah yang sejati. Mereka berbagi semangat-Nya untuk perdamaian dan rekonsiliasi, meruntuhkan tembok pemisah di antara orang-orang.
Pembawa damai sendiri dipenuhi dengan kedamaian Tuhan. Sifat yang mereka gunakan untuk membantu orang lain.
Itu lebih dari sekadar menyelesaikan argument. Pembawa damai adalah bukti hidup dari kasih Allah yang mendamaikan dalam Kristus.
Di rumah, di tempat kerja, atau di sekolah, kita dapat menunjukkan Yesus Kristus kepada orang lain melalui cara kita menangani konflik. —D C McCasland
Anda bisa menjadi pembawa damai jika Anda memiliki damai Tuhan di hati Anda.
Pembawa damai disebut Anak-anak Allah, bahkan menjadi Anak Allah. Sebaliknya pembawa onar, disebut anak-anak setan, Bapa mereka adalah Iblis raja kejahatan.
Kelak kita akan bertemu dengan Bapa Sorgawi kita, pencipta dan penebus kita, hanya kalau kita menjadi pembawa damai didunia yang tidak damai ini.
——————
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Matius 5:10-12
Ucapan Bahagia terakhir terlihat negatif. Sebelumnya, ucapan bahagia berfokus pada kerendahan hati, kelembutan hati, hubungan yang benar, belas kasihan, kemurnian hati, dan perdamaian — semua bernada positif.
Tetapi Yesus menyertakan kemungkinan “penganiayaan karena kebenaran”. Aniaya ini kemungkinan muncul karena hidup menurut ketujuh poin sebelumnya.
Tetapi mengapa kita dianiaya karena kebenaran? Realitas di dunia yang jatuh adalah bahwa jika kita menunjukkan kebenaran sejati, banyak yang akan menolak kita.
Yesus menguraikan dengan menunjukkan bahwa para nabi, yang seperti Dia mengumumkan kerajaan Allah, dianiaya.
Orang yang berdiri karena memegang teguh kebenaran kadang bisa menjadi sasaran aniaya. Tidak selalu memang, tetapi bisa jadi mereka sasaran para orang-orang yang tidak suka dengan kebenaran.
Mereka yang terusik kenyamanannya karena kebenaran yang dinyatakan orang lain, biasanya akan mengambil cara yang kasar gantinya menerima kebenaran.
Memang ada juga bahkan banyak orang yang dianiaya karena kejahatan mereka sendiri. Tapi itu pantas diterima karena tindakan pelanggaran hukum.
Tetapi teraniaya karena kebenaran, kebaikan, kejujuran, kesalehan, rasanya itu tidak pantas diterima.
Namun itu yang terjadi didunia fana ini. Mereka yang membenci kebenaran, mencoba membungkam orang benar dengan kekuatan otot, kekerasan dan segala cara yang bisa mereka buat.
Di dunia ini, orang-orang benar rentan. Ada resiko yang menanti mereka. Karena memang setan tidak suka dengan kebenaran.
Walau demikian, kita jangan takut menjadi orang benar dan melakukan kebenaran. Kebenaran sendiri tidak bisa dibunuh. Kebenaran akan selalu tegak walau orang benar teraniaya bahkan terbunuh.
Dibelakang orang benar jauh lebih kuat. Dialah Tuhan pemilik kebenaran itu sendiri. Sementara dibelakang mereka adalah musuh kejahatan yang sudah dikalahkan.
Seorang Kristen sejati harus menjadi teguran bagi kemunafikan dunia ini. Yaitu, dengan membawa dunia ke karakter Kristen, atau membiarkan karakter Kristen turun ke dunia…
“Kritik terbesar gereja hari ini adalah bahwa tidak ada yang mau menganiaya karena tidak ada yang perlu dianiaya” Karena kita sudah sama dengan dunia.
Paulus memperingatkan orang-orang percaya bahwa “melalui banyak kesusahan” mereka harus “masuk ke dalam kerajaan Allah” (Kis 14:22).
Musuh kebenaran akan menganiaya umat-Nya(Yohanes 15:20). “Semua yang hidup saleh di dalam Kristus Yesus akan menderita penganiayaan” (2 Tim. 3:12).
Penganiayaan itu bisa didapatkan dari dua sisi. Pertama aniaya secara fisik. Kedua, aniaya atau serangan pribadi dengan kata-kata seperti dalam bentuk fitnah (penghinaan, fitnah, kebencian, penolakan = mengusirnya, mengucilkan).
Selain dari dunia, aniaya bisa juga datang dari dalam gereja sendiri.
Ingat, tidak semua orang dalam gereja itu orang Kristen sejati (Mat 7:21, 22, 23). Banyak yang hanya Kristen formalitas saja.
Dan ketika mereka bertemu dengan orang-orang Kristen yang telah secara radikal bertobat kepada Yesus, dan menghidupkan prinsip kebenaran, mereka formalitas bisa saja merasa terganggu, dan melakukan aniaya.
Dan meskipun bisa sangat halus, tapi itu menyakitkan.
Pikirkan tentang siapa penganiaya Tuhan kita yang paling keras? Mereka adalah komunitas agama. Mereka yang tahu banyak pengetahuan Alkitab tetapi tidak tahu Kebenaran itu sendiri.
Kita tidak perlu terkejut bahwa serangan yang paling ganas akan datang dari orang-orang yang berada di gereja yang sama.
Yesus mengatakan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Matius 5:11.
Orang Kristen dianiaya demi kebenaran karena kesetiaan mereka kepada Kristus. Kesetiaan yang nyata itu menciptakan gesekan di hati orang-orang yang tidak menghargai kebenaran.
Kesetiaan mengganggu hati nurani mereka, maka pilihan ada dua, mengikuti Kristus, atau membungkam dia.
Seringkali satu-satunya cara mereka untuk membungkam Kristus adalah dengan membungkam hamba-hamba-Nya.
Nasehat Yesus adalah bergembira dan bersukacita karena pahala besar menanti mereka, yaitu memiliki kerajaan sorga.
Lewat penderitaan dan penganiayaan, kemuliaan — tabiat Allah dinyatakan dalam orang-orang pilihan-Nya. Gereja Allah yang dibenci dan dianiaya oleh dunia sedang dididik dan didisiplin dalam sekolah Kristus. Mereka berjalan di jalan-jalan sempit di dunia; mereka disucikan dalam api penderitaan.
Mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, berarti dipersiapkan akan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya. (KAB 40-41)
Mereka yang paling menderita bagi Kristus di sini paling mampu menghargai apa yang Yesus telah derita untuk mereka.
Tidak ada komentar