Pertanyaan: Apakah Yesus di Markus 7:19 Menghalalkan Semua Makanan atau Memperbolehkan Makan Apa saja?
Jawab:
Sebelumnya kita harus melihat secara utuh cerita dalam perikop ini dan melihat konteksnya, supaya tidak salah dalam mengerti ayatnya.
Cerita ini juga ada di Matius 15:1-20. Bacalah untuk mendapat penjelasan lebih baik.
Ayat 1-2 adalah cerita utama dan inti permasalahan. Serombongan orang farisi dan beberapa ahli Taurat datang menemui Yesus di Yerusalem.
Saat mereka sudah bertemu Yesus, mereka melihat murid-murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan tidak dibasuh. Dan mereka mempersoalkannya.
Ayat 3-4 adalah Keterangan mengenai tradisi Yahudi tentang membasuh tangan sebelum makan. Keterangan ini tidak ada dalam Matius 15:1-20. Ini tanda kurung sebenarnya.
Ini ditulis untuk menjelaskan kepada pembaca non Yahudi mengenai upacara pembasuhan Yahudi, karena Markus ditulis untuk orang non Yahudi.
Salah satu tradisi Yahudi adalah Sebelum makan harus membasuh tangan lebih dahulu. Ini bukan soal Kesehatan tetapi soal tradisi nenek moyang.
Contohnya, kalau pulang dari pasar mereka tidak akan makan sebelum membersihkan diri. Mereka harus mandi dulu atau minimal cuci tangan.
Mengapa mereka harus membasuh diri lebih dahulu? Mereka kuatir telah kontak dengan berbagai orang dipasar atau tempat kerumunan banyak orang..
Karena bisa saja mereka telah bersentuhan dengan orang-orang Samaria, orang bukan Yahudi atau bahkan sesama orang Yahudi yang secara seremonial najis.
Itu sebabnya, ketika mereka kembali dari pasar, mereka tidak makan sebelum mereka membersihkan diri.
Selain mencuci tangan secara tradisional, mereka juga membersihkan peralatan memasak dan peralatan makan dengan hati-hati.
Masih banyak tradisi yang mereka percayai. Beberapa tradisi lainnya adalah mecuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
Tradisi cuci tangan hanya salah satu dari sekian banyak tradisi mereka.
Jadi, tradis membasuh tangan, membuat setiap waktu makan menjadi sebuah prosesi yang rumit dan teliti.
Ayat 5. Karena mereka melihat murid-murid Yesus langsung makan tanpa membasuh tangan lebih dahulu, sementara Yesus dan murid-murid adalah orang Yahudi asli, maka mereka meniai Yesus dan murid-murid telah melanggar tradisi nenek moyang mereka..
Itu sebabnya mereka bertanya sambil menyalahkan: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”
Jadi, apa yang dipersoalkan disini konteksnya tentang makan tidak memasuh tangan, yang secara tradisi Yahudi salah.
Maka teks ini bukan persoalan tentang makan makanan secara umum atau makanan halal (bersih) dan haram (Kotor). Tidak mencuci tangan dianggap tidak bersih, kotor atau najis.
Ayat 6-13, Yesus menegur orang-orang Farisi dan Ahli taurat, sebagai orang munafik, karena lebih meninggikan tradis daripada perintah Allah.
Mereka mengesampingkan Firman Allah demi memlihara adat istiadat yang bertentangan dengan perintah Allah.
Yesus mengutip salah satu contoh dimana mereka meninggikan tradisi daripada perintah Allah.
Dalam melaksanakan perintah kelima: Hormatilah ayahmu dan ibumu. Dalam menghormati orang tua adalah salah satunya memelihara mereka dengan cara mengeluarkan uang untuk kebutuhan mereka.
Tetapi dalam tradisi mereka, bila uang yang untuk pemeliharaan orang tua sudah diberikan sebagai persembahan, maka tidak lagi wajib memelihara orang tuanya.
Jika seorang anak menyatakan bahwa jumlah yang dibutuhkan untuk menghidupi orang tuanya telah dipersembahkan, para ahli Taurat mengatakan bahwa dia dibebaskan dari kewajibannya untuk merawat orang tuanya.
Praktek jahat ini mengizinkan seorang anak laki-laki dibebaskan dari kewajiban apa pun untuk merawat orang tuanya, sehingga melanggar perintah kelima.
Dia akan mengklaim bahwa miliknya adalah milik Tuhan dan oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk tujuan lain.
Itu sebabnya Yesus mengecam mereka sebagai orang munafik.
Ayat 14-23, Penjelasan Yesus tentang pertanyaan orang Farisi, yang mempersalahkan murid-murid Yesus karena makan tidak memncuci tangan.
Yesus katakan, “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
“Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
“..karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Dalam terjemahan lama: Karena itu bukannya masuk ke dalam hati, melainkan ke dalam perut, lalu keluar ke dalam jamban, dengan demikianlah membersihkan segala makanan itu?”
Terjemahan NIV: For it doesn’t go into their heart but into their stomach, and then out of the body.’ (In saying this, Jesus declared all foods clean.)
Kalimat, “Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.” Ini adalah tanda kurung. Ini bukan perkataan Yesus tapi kalimat keterangan dari Markus.
Kata “halal” yang disebutkan disini dalam bahasa Yunani adalah katharizō artinya bersih. Maka terjemahan yang lebih baik adalah terjemahan lama dan bahasa inggris, yaitu bersih.
Jadi kalimat, “Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.” Tidak sedang memperbincangkan soal makanan.
Kalimat itu, bukan merujuk kepada jenis makanan halal dan haram dalam Imamat 11, tetapi menyatakan bahwa makan walau pun tidak membasuh tangan makanan itu tidak menjadi najis.
Poin utama jawaban atas pertanyaan orang farisi ada di ayat 21-23,
“Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Maka sekarang menjadi jelas, bahwa Yesus sedang berbicara tentang masalah hati manusia.
Dimana hati yang tidak bersih, kotor atau najis akan mengeluarkan perbuatan jahat, seperti: percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserahakan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, kesombongan, kebebalan, dll..
Perbuatan ini lah yang membuat manusia itu kotor, najis. Makan dengan tidak membasuh tangan tidak menajiskan orang.
Jadi dalam Markus 7:19, konteks ayat itu tidak berbicara tentang makanan halal dan haram. Yesus sedang menjawab pertanyaan orang farisi dan Ahli taurat tentang tradisi membasuh tangan sebelum makan.
Kesimpulannya, makan dengan tidak membasuh tangan, walau melanggar tradisi orang Yahudi tetapi tidak melanggar perintah Allah.
Yang menajiskan seseorang atau yang membuat kotor bukan karena makan tidak membasuh tangan, tetapi hati yang jahat, yang ditunjukkan melalui perbuatan jahat, yang melanggar perintah Allah.
Dengan demikian, ayat ini bukan tentang Yesus memperbolehkan semua makanan boleh dimakan. Bukan tentang menghalalkan apa yang haram.
Yesus tidak mengubah prinsip makanan halal (bersih) dan haram (kotor) di Imamat 11.
Tidak ada komentar