
Setelah menerangkan secara ringkas, latar belakang Ayub – karakternya, keluarganya, kekayaannya dan bagaimana dia hidup takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.
Sekarang setting ceritanya berubah drastis. Dari Ayub kepada Iblis dan Tuhan.
Ayub 1:6
“Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. ” Ayub 1:6
Kalimat pembuka adalah ‘pada suatu hari.’ menandakan tidak tahu pasti kapan hari tersebut.
Jadi pada suatu hari yang kita tidak tahu waktunya, diceritakan ‘bahwa datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.’
Siapa anak-anak Allah yang dimaksud? Dalam bahasa Ibrani, ben Elohym. Mereka adalah makhluk surgawi atau malaikat yang diciptakan Allah sebagai hamba-Nya.
Malaikat itu seperti manusia, diciptakan. Mereka juga disebut anak-anak Allah.
Untuk apa mereka menghadap Allah? Sebagai malaikat tentu mereka perlu melaporkan aktivitas mereka kepada Allah..
Salah satu penafsiran tentang latar belakang adegan ini adalah sidang dewan Allah. Dalam sidang-sidang tersebut, anak-anak Allah melaporkan aktivitas mereka dan menerima perintah baru.
Jadi intinya ini adalah pertemuan mahluk Sorgawi. Tentu saja yang diundang adalah seluruh mahkluk Sorga.
Dimanakah tempat pertemuan terjadi? Apakah disorga? Atau di dunia lain? Kita tidak tahu. Sebagian orang menduga di Sorga. Namun dengan kehadiran setan, tidak mungkin itu di Sorga.
SDA Bible Comentary mengatakan,
Tampaknya tidak masuk akal bahwa peristiwa tersebut terjadi di surga itu sendiri, karena Setan telah diusir dari wilayahnya (Wahyu 12:7–9; SR 26, 27).
Dalam buku Early Writing, mengatakan bahwa Setan memang memiliki akses tertentu ke dunia lain (lihat EW 290).
Jadi tempat pertemuan anak-anak Allah dimana setan juga ikut, kemungkinan besar di dunia lain yang masih bisa diakses oleh Setan.
Setan tidak diundang. Tetapi ia datang kesana sebagai penyusup, karena dia punya satu agenda penting, yaitu mempertanyakan kebijakan Tuhan memberkati orang benar..
Tuhan tidak mengusir setan dari hadapan-Nya. Karena Tuhan ingin membuktikan bahwa kebijakannya tidak pernah salah.
Nama Setan
Nama Setan, dalam bahasa ibrani, haśśatan, secara harfiah artinya, “lawan.” Dari sini berasal kata kerja ́satan, “menjadi lawan” atau “bertindak sebagai lawan.”
Kata kerja dan kata benda ini muncul bersama dalam Zakaria 3:1, yang secara harfiah berbunyi, “lawan yang berdiri di sebelah kanannya untuk menentangnya.”
Kata Inggris “Satan” berasal langsung dari bahasa Ibrani. Satan bukanlah salah satu dari “anak-anak Allah.” Ia datang di antara mereka, tetapi ia bukanlah salah satu dari mereka (lihat GC 518).
Sebagai seorang lawan atau penentang, Setan punya banyak strategi untuk menjatuhkan Tuhan dan menjatuhkan kita.
Tentu saja Tuhan tidak bisa dijatuhkan Setan. Kita yang rentan jatuh oleh tipu muslihat setan.
Dialog Tuhan dan Setan
Ketika setan muncul dihadapan-Nya, kemudian terjadi dialog. Tuhan bertanya kepada setan aktivitas dan keberadaannya..
“Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” (Ayat 7)
Jadi dari pengakuan setan ini, kita bisa melihat bahwa pekerjaannya adalah tukang keliling dan penjelajah bumi.
Apa yang setan katakan nampak seperti permainan kata. Tersirat bahwa ia bergerak secara acak di seluruh bumi.
Kata ‘mengelilingi,’ dari bahasa Ibrani,’shut’ adalah pergerakan bolak-balik. Jadi setan bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain, entah berapa ribu kali, mungkin jutaan kali, mengamati setiap orang..
Kemudian kata kerja ‘menjelajah’ dalam bahasa ibrani ‘halak’ artinya berpatroli atau berkeliling memeriksa, mengingatkan kita pada patroli yang disebutkan dalam Zakaria 1:10-11; 6.5-7.
Itu sebabnya, setan digambarkan oleh Petrus seperti singa yang bekeliling, kemungkinan dia mengutip dari kita Ayub.
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” 1 Petrus 5:8
Ayub 1:8
Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” (Ayat 8)
Tujuannya untuk menunjukkan bahwa seorang manusia dapat hidup dengan tak bercela dan lurus. Kepada Setan, Tuhan menegaskan bahwa Ayub sungguh orang benar benar.
Bahkan tidak ada di bumi seperti dia, yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan
Dihadapan Setan Allah memvalidasi karakter Ayub, yang sudah diterangkan narrator diayat 1 dan 2.
Ayub 1:9
Setelah membanggakan karakter Ayub, lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (ayat 9)
Dia mempertanyakan pujian Allah terhadap Ayub. Ia ragu apakah ada orang yang akan takut kepada Allah tanpa alasan atau tanpa sebab?
Pertanyaan Setan ini menyiratkan bahwa semua perbuatan baik berasal dari motif egois.
Bagi Setan, hal ini pasti berlaku bagi Ayub, karena Tuhan telah melindungi Ayub dari segala bahaya dan memberkati dia dengan limpah.
Ayub 1:10
Lebih lanjut setan mengatakan,
“Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.” (Ayat 10)
Diayat ini, Setan menyebut tiga hal yang dilindungi oleh pagar Tuhan: Ayub sendiri, rumahnya, dan hartanya.
Disini setan mengajukan pertanyaan tentang motivasi kesalehan Ayub. Bahwa kesalehannya datang karena berkat Tuhan secara materi.
TUHAN telah menanam pagar duri di sekitar segala milik Ayub sehingga tidak ada wabah atau malapetaka yang dapat menimpa kawanan besar ternaknya dan ladang subur Ayub.
Selain itu, Tuhan telah memberkati Ayub sedemikian rupa sehingga kawanan ternaknya berkembang biak dengan begitu cepat hingga menyebar.
Dalam bahasa Ibrani, kalimat makin bertambah, tidak hanya berarti ‘melimpah’ tetapi lebih tepat ‘telah melampaui batas.’
Artinya kekayaan Ayub tidak terbatas. Memang benar Allah telah memberkati Ayub. Seluruh kekayaannya datang dari kerja keras dan berkat Tuhan.
Tetapi setan salah ketika menganggap kesalehan Ayub bersifat transaksional. Dia setia hanya karena Tuhan telah memberkatinya. Tuduhan serius dari setan.
Jadi karena Setan meragukan keaslian kesetiaan Ayub kepada Tuhan, maka setan menantang Tuhan menguji kesetiaan Ayub.
Ayub 1:11
Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” (Ayat 10-11).
Dia berargumen bahwa jika TUHAN mengulurkan tangannya dan menghancurkan segala yang dimiliki Ayub, dia pasti akan mengutuk TUHAN di hadapannya.
Setan memprediksi, jika semua harta Ayub hilang dan dia jatuh miskin, maka Ayub akan marah kepada Tuhan.
Sehingga ia akan mengutuk Allah di hadapan-Nya, yaitu dengan terang-terangan menentang-Nya (lihat 2:9). Itu sebabnya dia menyarankan Tuhan untuk menghabisi Ayub..
Kata ‘mengutuki’ sama dengan ayat 5, ketika Ayub berpikir anak-anaknya mungkin mengutuki Allah dihati mereka..
Kata ‘mengutuki’ dari kata ‘barak’ artinya memberkati. Tapi dalam Ayub kata ini kebalikannya. Penggunannya bersifat eufemisme atau kebalikannya..
Kalau dalam kasus anak-anak Ayub, mungkin mereka mengutuki Tuhan secara pri dihati mereka, tersembunyi.
Maka kata mengutuki untuk Ayub yang digunakan Setan bukan dalam hati Ayub. Rahasia. Namun secara terang-terangan dihadapan Allah.
Setan menantang Tuhan untuk menghabisi Ayub. Dia bilang, “..ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya..”
Perkataan ini sebuah jebakan. Dia memancing agar Tuhan mengikuti irama permainan Setan.
Supaya kalau benar Tuhan menghabisi Ayub, maka setan dapat membuat tuduhan baru. Allah tidak konsisten. Dia menghukum orang yang tidak bersalah. Tuhan tidak sayang kepada umat-Nya..
Karena itu Tuhan tidak mengikuti irama permainan Setan. Gantinya, ikut nasehat setan, Tuhan membuat permainan baru. Dia membawa setan masuk dalam permainan-Nya..
Sebenarnya, Tuhan dapat menolak tantangan Setan. Sebab Dia dan setan tidak sebanding.
Tuhan tidak menghindari tantangan itu, melainkan memberikan izin kepada Setan, untuk menyentuh harta benda Ayub dan melarang menyentuh nyawa Ayub.
Ayub 1:12
Maka firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. (Ayat 12)
Dari ayat diatas kita melihat, bahwa Allah menyerahkan segala yang dimiliki Ayub kedalam tangan setan.
Sulit untuk dijelaskan mengapa Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana itu, mengakomodir tantangan setan.
Tuhan itu memang sulit diterka kebijakannya. Sering tidak logis. Tapi itu karena pikiran kita terbatas memahami cara kerja Tuhan.
Tuhan ingin menunjukkan bahwa manusia akan melayani-Nya dengan cinta yang murni.
Apa pun yang akan dilakukan setan kepada Ayub, semuanya berada dalam kendali Tuhan. artinya, bahwa tindakan setan terbatas. Dia harus tunduk kepada Tuhan.
Setan tidak dapat bertindak apa pun tanpa seijin Tuhan. Batasannya jelas. Saat setan bertindak menjamah Ayub, Tuhan mengawasi dan mengendalikan setan.
Tidak ada komentar